Profil : R. Ay. MARIA SOELASTRI SOEJADI DARMASEPOETRA SASRANINGRAT

Ibu R.Ay Maria Soelastri Soejadi Darmasepoetra Sasraningrat

Nama ini erat melekat pada sebuah organisasi perempuan katolik besar yang pada tahun 2013 ini berusia 89 tahun. Ya, beliau adalah penggagas, pendiri dan penggerak ormas Wanita Katolik Republik Indonesia. Tak banyak yang tahu tentang pribadi dan sejarah atau biografi Ibu Maria Soelastri, dan sulit sekali mencari referensi tentang beliau, tidak seperti sejarah organisasi yang didirikannya, yang mudah diakses lewat internet atau media lainnya.

R.A. Maria Soelastri Sasraningrat lahir pada tanggal 22 April 1898 di Yogyakarta. Beliau adalah putra ke-5 (puteri ke-3) dari Pangeran Sasraningrat, putera mahkota Sri Paku Alam III, dan B.R.Ay Sasraningrat. Tidak disebut saudara-saudari sekandung Maria Soelastri, namun diketahui bahwa kakak perempuan beliau adalah R.A. Sutartinah Sasraningrat yang terkenal sebagai Nyi Hajar Dewantara (yang kemudian mendirikan Wanita Taman Siswa). Sedangkan adiknya adalah R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat (setelah menikah : R.A. Catharina Soekirin Hardjadiningrat, menjadi ketua pertama organisasi yang didirikan Maria Soelastri). Jika  dari pihak ayah – Pangeran Sasraningrat –  Maria Soelastri adalah cucu dari Paku Alam III yang terkenal amat nasionalis dan sangat disegani oleh kolonialis Belanda, maka dari pihak ibu, ibunda R.A. Maria Soelastri adalah cicit Pangeran Diponegoro.

Sedari kanak-kanak hingga remaja, Maria Soelastri begitu tertarik mempelajari budaya bangsa lain, termasuk diantaranya budaya barat, untuk menjawab rasa ingin tahu beliau kenapa tanah air Indonesia dikuasai bangsa barat. Sebaliknya, ayahanda beliau, Pangeran Sasraningrat, sangat menaruh minat pada Kesusasteraan Jawa Kuno dengan pergolakan-pergolakan dan perubahan jamannya. Kegiatan beliau dalam bidang jurnalistik membawa beliau berkenalan dengan tamu-tamu dari luar daerah, juga dari Batavia. Salah satunya adalah Dr. Hazeu, penasehat urusan pemerintahan jajahan, yang membawa serta seorang anggota Misi Gereja Katolik untuk Jawa Tengah yaitu Romo van Lith. Romo van Lith yang kemudian sering berkunjung untuk mempelajari Sastra Jawa, adat istiadat dan kebudayaan Jawa.

Th. 1906 dengan rekomendasi Romo van Lith dan disetujui ibunda B.R.A. Sasraningrat masuklah Ibu Maria Soelastri ke Europeese Meisjesschool dari Ordo Suster Fransiskanes Kidul Loji Mataram, Yogyakarta.

Dari sejarah keluarga Maria Soelastri ini, dan dari lingkungan dan komunitas keluarga yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh pendidikan pada masa itu, tentu menjadi mudahlah bagi kita untuk dapat memahami sifat dan sikap nasionalisme Maria Soelastri yang kental, amat peduli pada rakyat kecil dan berpikiran maju. Perasaannya yang halus dan mudah tersentuh pada penderitaan kaum lemah begitu kuat, yang kemudian mendorong untuk melakukan suatu tindakan nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Secara khusus perhatiannya tercurah pada buruh perempuan di pabrik cerutu Negresco dan pabrik gula di Yogyakarta dan usaha untuk mencarikan jalan keluar bagi kesejahteraan dan masa depan mereka. Dari kaum buruh inilah usaha peningkatan derajat dan martabat wanita pada umumnya dan wanita katolik pada khususnya dimulai.

Saat awal didirikannya Poesara Wanita Katholiek – kelak menjadi Wanita Katolik RI – bersama  teman-temannya pada tanggal 26 Juni 1924, yang terpilih sebagai ketua pertamanya adalah adik Maria Soelastri, yaitu R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat karena R.A. Maria Soelastri bertempat tinggal di Magelang. Terlihat betapa Maria Soelastri ini amat ‘sepi ing pamrih’ (tak punya pamrih atau ambisi pribadi), namun sepak terjangnya dalam membela kaum buruh dan kegigihannya itu membuatnya mendapat julukan ‘singa betina’ yang amat disegani.

Th. 1914 Ibu R.Ay. Maria Soelastri Sasraningrat dipersunting oleh Dokter Hewan R.M. Jacobus Soejadi Darmosapoetro, yang meskipun seorang pegawai negeri dalam pemerintahan tetapi berideologi politik melawan Politik Kapitalis Kolonial.

Ketika Wanita Katolik RI merayakan ulangtahunnya yang ke-50 di tahun 1974, Maria Soelastri menuliskan sebagian dari pengalaman perjuangannya, dengan antara lain menulis :

Sebagai langkah perjuangan yang pertama Ibu (Maria Soelastri – red) menemui pengusaha-pengusaha Belanda dari Pabrik Cerutu dan Pabrik Gula di Yogyakarta yang kedua-duanya juga beragama katolik. Buruh kedua pabrik ini sebagian besar terdiri dari buruh wanita. Pertemuan berlangsung dalam suasana damai. Pembicaraan diadakan dari hati ke hati dengan berpedoman pada Ensiklik-ensiklik Gereja Katolik, antara lain Rerum Novarum dari Bapak Leo ke XIII di Roma dan Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI.
Sebagai hasil pembicaraan, dengan segera dibentuklah peraturan-peraturan di kedua belah pabrik tersebut untuk perbaikan nasib para buruhnya pada umumnya dan buruh wanita pada khususnya. Langkah berikutnya dari Organisasi Wanita Katolik meliputi kerja sama dengan Usahawan-usahawan Katolik Belanda untuk mengadakan segala macam perbaikan nasib para buruh.

(Maria Soejadi Darmosaputro Sasraningrat, 24-6-1974) – oleh Iswanti, Kodrat yang Bergerak

Kini buah pikiran dan gagasan ibu R.A. Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat telah semakin dikembangkan dan diwujud-nyatakan secara meluas. Dari gagasan yang muncul dari seorang perempuan ningrat yang peduli pada kaumnya, dari sebuah tempat ikrar di Kidul Loji, Yogyakarta, kini telah meluas ke seluruh nusantara. Dan gagasan itu semakin dikembangkan oleh srikandi-srikandi masa kini yang mengambil tongkat estafet dari para pendahulunya, namun sampai sekarang gagasan inti tetap tak lekang oleh waktu, tertuang dalam visi misi organisasi Wanita Katolik RI : demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, dengan dilandasi nilai-nilai Injil dan Ajaran Sosial Gereja.

R.A. Maria Soelastri  wafat di Semarang tanggal 8 September 1975 dan dimakamkan di Kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA). Beliau meninggalkan 13 putra-putri, yaitu : RM. Sutaryono (Benedictus), Raj. Arbiati (Henriette), Raj. Srikanali (Georgia), RM. Prahasto (Fransiscus Xaverius), Raj. Melani (meninggal saat bayi), RM. Sujanadi (Augustinus), RM. Satriyo (Constantinus), Raj. Mardusari (Monica, Maria), RM. Priyohutono (Aloysius), Raj. Suharti (Catharina) – yang semuanya telah almarhum – dan RM. Susanto (Ignatius) saat ini tinggal di Semarang, RM. Pulunggono (Petrus Canisius) tinggal di Surabaya dan Raj. Widihastuti (Margareta) tinggal di Semarang.

oleh : Wied Yosef

 

Sumber :

–          Perempuan-perempuan Pejuang Kemanusiaan oleh DPP Wanita Katolik RI

–          Blog Kodrat Bergerak – Iswanti

–          http://www.wkriungaran.wordpress.com (Wanita Katolik RI, sekilas sejarah awal pembentukan)

–          Mengenang Perjuangan Bapak Drh. Jakob Soejadi Darmoseputro dan Ibu Maria Soelastri Sasraningrat oleh Petrus Canisius Maria Pulunggono (putra RA Maria Soelastri ke-12)

 

This entry was posted in Profil : RA Maria Soelastri Soejadi Darmasepoetra Sasraningrat and tagged . Bookmark the permalink.

2 Responses to Profil : R. Ay. MARIA SOELASTRI SOEJADI DARMASEPOETRA SASRANINGRAT

  1. Petrus Canisius Maria Pulunggono says:

    Selamat siang, saya Petrus Canisius Maria Pulunggono di Surabaya, hp. o81 751 93 600
    flx 031 70289919, email pulung18@yahoo.co.id.Saya adalah anak ke 12 dari Ibu Maria Soelastri dan masih punya satu kakak laki – laki Ignatius Susanto yang tinggal di Banyumanik, Jl Merbau Raya E/242 Semarang tel 0247471990, hp 081225111242 dan seorang adik perempuan Margaretha Maria Widiastuti tel. 0246717063, hp 08156506868 tinnggal di Jl Gajah 50 Semarang.
    Kebetulan saya sedang menyusun sejarah perjuangan Ibu saya setelah mendirikan WK, apa saja yang di lakukannya th 1945 sampai wafatnya, agar anak cucu/cicitnya tahu sejarah eyangnya/eyang buyutnya. Saya sedang mencari – cari di internet mengenai Nyi Hajar Dewantoro dan bertemu dgn Profil Ibu saya yang diterbitkan oleh wkridpdjateng 23/08/2012. Terima kasih banyak atas perhatian WKRI DPD Jateng untuk Ibu saya. WKRI cabang Paroki ST. Marinus Yohanes Surabya di daerah mana saya tinggal rencananya akan ziarah ke Gua Maria Kerep sekaligus nyekar Ibu pada tanggal 22/23 Juni yad. bersama saya dan isteri saya dan berjumpa di Kerep hari Minggu pagi dgn kakak dan adik saya. Sekali lagi terima kasih banyak.Dari kami bertiga yang suka internetan cuma saya dan keponak keponakan saya di Semarang. Berkah Dalem

    • Yth. Bpk. Pulunggono,
      Terimakasih juga atas infonya pak.
      Kalau diperkenankan, kami akan mengirim email japri ke Bapak, untuk minta tambahan informasi, agar profil Ibunda bisa lebih lengkap, dan lebih akurat karena ada sumber langsung dari putra/putri Ibu.

      Berkah Dalem,
      WKRI DPD Jawa Tengah.

Comments are closed.